Kata Nativisme berasal dari kata Native atau Nativus yang berarti asli atau asal, menurut Sitti Nadirah, 2013 nativisme hampir senada dengan Naturalisme. Teori nativisme menerangkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seorang manusia ditentukan oleh pembawaan sejak lahir atau dalam ilmu biologi disebut sebagai hereditas. Setiap manusia memiliki sifat, bakat, dan kemampuan tertentu sejak ia dilahirkan, hal inilah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkambangan manusia untuk kedepannya. Menurut teori nativisme pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan lingkungan karena kedua hal ini hanya bersifat perangsang bagi perkembangan intelektual dan psikis manusia. dalam ilmu pendidikan, pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis. (Sitti Nadirah. 2013, IAIN Datokarama Palu)
Tokoh
utama pencetus teori nativisme adalah
Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup di tahun 1788-1880. Pada
hakikatnya teori nativisme bersumber
dari Leibnitzian Tradition, sebuah tradisi yang menekankan pada kemampuan dalam
diri manusia yang kemudian berkembang seiring berjalannya waktu tanpa
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pendidikan. Dalam hal ini teori
nativisme menekankan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan manusia didasari oleh kemampuan yang dimilikinya
sejak lahir, sehingga kemampuan belajar dan bersosialisasi sangat bergantung pada
individu itu sendiri tanpa ada pihak lain yang mempengaruhinya. Faktor
pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam teori nativisme dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Faktor
Genetik
Faktor
genetik mampu memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan
manusia karena sifat gen yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya akan
melekat semenjak anak itu dilahirkan sampai ia mati. Salah satu contohnya jika
kedua orang tua sang anak memiliki jiwa kepemimpinan yang cukup besar maka
sifat tersebut bisa menurun kepada anaknya, seperti yang dikatakan pepatah
yakni buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.
2. Faktor
Kemampuan
Faktor
kemampuan merupakan faktor yang menunjukkan potensi dalam diri manusia. Faktor
ini cenderung memperlihatkan bagaimana potensi-potensi yang dimiliki manusia
untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Potensi yang dimiliki setiap manusia
pasti berbeda oleh karena itu manusia diciptakan untuk saling bergotong royong
dan tolong menolong. Sebagai contoh seorang anak yang memiliki potensi dalam pelajaran
matematika akan terlihat lebih mahir daripada anak yang tidak memiliki potensi
dalam pelajaran matematika.
3. Faktor
Pertumbuhan
Faktor
ini merupakan faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia dari segi fisik dan psikis. Jika seorang manusia dapat tumbuh dan
berkembang secara normal sejak ia dilahirkan maka ia akan menjadi pribadi yang
energik, aktif, dan responsif, namun apabila seorang manusia mengalami masalah pada
masa kehamilan atau kelahiran akan berakibat pada gangguan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu contohnya yaitu seorang anak yang
semenjak lahir mengidap syndrome,
pertumbuhan dan perkembangannya akan mengalami gangguan baik berupa gangguan
pada fisik maupun psikisnya.
Apabila teori nativisme dihubungkan
dengan konsep ajaran Islam, Native
yang berarti asal usul atau pembawaan dinamakan fitrah dalam ajaran Islam.
Fitrah merupakan anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai bawaan
manusia sehingga manusia memiliki kekuatan, kemampuan, dan potensi dalam
dirinya. Rasulullah SAW telah memberi isyarat bahwa manusia sejak lahir telah
membawa potensi untuk dikembangkan, isyarat tersebut terdapat pada sabdanya
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut :
عن
أبي هربرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : كل مولود يولد علي
الفطرة فأبواه
يهودانه
أو ينصرانه أو يمجسانه.
Manusia itu dilahirkan sengan fitrah (tabiat atau potensi yang suci dan baik), hanya ibu bapak (alam sekitar) nyalah menyebabkan ia menjadi Yahudi, Majuzi, atau menjadi Nasrani. (H.R. Muslim)
Berdasarkan hadist diatas, manusia memiliki
potensi dan kemampuan semenjak lahir sebagai sifat bawaan seperti yang terdapat
pada teori nativisme atau dalam ajaran Islam disebut sebagai fitrah. Sebagai
anugrah dari Allah AWT, fitrah yang telah diberikan harus dijaga dan
dikembangkan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkambangan manusia menuju
yang lebih baik. (Sitti Nadirah. 2013, IAIN Datokarama Palu)
Teori nativisme sendiri muncul dengan
tujuan-tujuan tertentu, beberapa diantaranya yaitu dengan teori ini manusia
diharapkan mampu :
·
Menggali potensi dalam diri sendiri tanpa
bergantung pada lingkungan dan orang lain,
·
Memunculkan bakat minat yang murni dari
dalam diri tanpa campur tangan orang lain,
·
Mendorong manusia untuk menjadi pribadi
yang berkompetensi,
·
Menentukan pilihannya sendiri tanpa ada
paksaan dari orang lain,
·
Menjadi pribadi yang mandiri dan tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan maupun orang lain.
Pada
dasarnya pandangan teori nativisme tidak selalu benar dalam kehidupan nyata.
Salah satu contoh bahwa pandangan teori nativisme salah dalam kehidupan nyata yaitu,
manusia yang memiliki pengalaman belajar lebih banyak memiliki integritas
kehidupan yang lebih baik daripada manusia yang tidak memiliki pengalaman
belajar, dan manusia yang hidup di lingkungan yang buruk akan terpengaruh
dengan hal yang buruk pula begitupun sebaliknya. Ibaratnya sebuah air putih yang
berada di dalam gelas, ketika air tersebut terkena tetesan tinta hitam maka
seluruh air yang berada di dalam gelas akan berubah warna menjadi hitam namun
ketika air tersebut terkena tetesan air susu maka seluruh air yang berada di
dalam gelas tersebut akan berubah warna menjadi putih bersih yang menyehatkan.
Seperti manusia, ketika hati dan pemikiran manusia dipengaruhi oleh lingkungan
yang buruk maka manusia tersebut akan menjadi pribadi yang buruk pula, namun
ketika hati dan pemikiran manusia dipengaruhi oleh lingkungan yang baik maka
manusia tersebut akan menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi manusia
lainnya.
Namun
kebenaran pandangan teori nativisme juga
terdapat pada dunia nyata seperti seorang anak yang terlahir dengan imajinasi
yang luas serta kreativitas yang tinggi akan tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi yang memiliki jiwa seni.
DAFTAR
PUSTAKA
Nadirah
Sitti. 2013. Anak Disik Perspektif
Nativisme, Empirisme, Dan Konvergensi. Palu : IAIN Datokarama Palu