Pembangunan
pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan aspek intelektual saja melainkan juga
keterampilan, kepribadian, atau dengan kata lain menciptakan manusia seutuhnya.
Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia dan mutu
pendidikan. Untuk melaksanakan hal ini, maka semua jenjang lembaga pendidikan
formal (sekolah) mempunyai tugas untuk merumuskan hal ini. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan
generasi muda siap kerja. Lulusan SMK dituntut tidak hanya memiliki hard skill, tetapi juga soft skill. Hard skill dapat dibentuk pada diri siswa melalui masing‐masing
bidang keahlian. Soft skill merupakan
keterampilan kepribadian yang terbentuk karena penanaman nilai kebajikan.
Dalam
pendidikan kejuruan mempunyai beberapa karakteristik yang sekaligus pembeda
antara sekolah umum dengan sekolah kejuruan.Membaca untuk mendapatkan informasi
untuk menafsirkan serta menyimpannya di dalam ingatan. Sebaliknya pada pendidikan
kejuruan Menggunakan pengalaman sebagai metode utama. Pengalaman dalam
melakukan suatu pekerjaan untuk mengembangkan keterampilan dalam memikirkan
kinerja dalam suatu pekerjaan, sehingga mendapatkan pemahaman dan inisiatif
penuh dalam memecahkan masalah-masalah pekerjaan.
Selain
dalam methode pembelajaran tetapi materi yang diberikan atau di ajarkan juga
sangat berbeda. Untuk pendidikan kejuruan memberikan pelatihan khusus dalam hal
keterampilan dan pengetahuan yang berguna untuk setiap pekerjaan tertentu.
Namun untuk pendidikan umum memberikan pelatihan mengenai informasi umum yang
diperlukan sebagai latar belakang untuk kehidupan dan pelatihan dalam
perangkat-perangkat umum pembelajaran yang diperlukan siswa untuk bekal belajar
lebih lanjut mengenai kehidupan.
Dalam Pendidikan sekolah menengah kejuraan memiliki tiga model penyelenggaraan
Pendidikan kejuruan, menurut Hadi (Muliati A.M, 2007:8-9) adalah :
1. Model
pertama, pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran marginal dalam
proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun kita
dapat mengatakannya sebagai model berorientasi pasar (Market Oriented Model).
2. Model
kedua, pemerintah sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol
pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang
menentukan jenis pendidikan apa yang harus dilaksanakan di perusahaan,
bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang
harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan
kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu.
3.
Model ketiga, pemerintah
menyiapkan/memberikan kondisi yang relatifkomprehensif dalam pendidikan
kejuruan bagi perusahaan-perusahaan swasta dan sponsor
swasta lainnya. Model ini disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang
disebut model sistem ganda (dualsystem) sistem pembelajaran yang dilaksanakan
di dua tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang keduanya bahu
membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang handal bagi para lulusan
pelatihan tersebut.
Menurut Menurut Djojonegoro
(Muliati A.M, 2007:9) pendidikan system ganda merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik dan sinkron
antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang
diperoleh. Sejalan dengan pendapat tersebut Permana (2005:33) mengemukakan PSG
pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di
sekolah dan program penguasaankeahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian
profesional tertentu.
Jenis atau bidang keahlian
dalam lingkup pendidikan kejuruan masing-masing tugas atau fungsi dalam dunia
usaha atau dunia industri perlu diidentifikasi, dikelompokkan sesuai bidang
pendidikan kejuruan, apakah pendidikan kejuruan ekonomi, kerajinan, tekstil,
teknologi, pariwisata, pertanian, perikanan, dan sebagainya. Mengidentifikasi
tugas-tugas dalam setiap bidang keahlian kejuruan ini akan lebih baik dilakukan
oleh orang-orang yang memiliki wawasan dalam bidangnya masing-masing. Dapat
dicontohkan identifikasi fungsi yang berkaitan dengan kelompok pariwisata
bidang busana, seperti :
a. Membuat pola.
b. Memotong busana.
c. Menjahit bagian busana.
d. Finishing pembuatan busana.
e. Menghias busana.
Dari identifikasi fungsi-fungsi di atas di industri
busana dapat dirinci lebihspesifik lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan dari
setiap fungsi, yang selanjutnya dikaitkan dengan setiap kompetensi atau
keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang akan melaksanakan
kegiatan-kegiatan itu.
Dari
penjelasan diatas sangat jelas dalam penggunaan methode pengajaran yang di lakukan
di SMK dan di SMA sangat
berbeda maka dari itu hasil keluaran peserta didik dari SMA dan SMK sangat
berbeda cara berfikir terutama dalam penyelesaian masalah. Namun untuk beberapa
kasus kemampuan dan cara berfikir peserta didik yang bersar dari SMA terkadang
mendekati peserta didik dari SMK hal ini karena adanya kegiatan tambahan
(ekstrakulikuler) yang berhubungan tentang praktikum ( pembuatan alat atau
produk) banyak SMA yang sudah memperbanyak ekstrakulikuler di sekolah karena di
sadari tentang pentingnya ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Untuk beberapa
sekolah bahkan ada yang mewajibkan siswa untuk mengikuti kegitan
ekstrakulikuler minimal 1 ekstrakulikuler untuk bekal keahlian di masyarakat.
Hal ini di sebabkan lingkungan
belajar dan methode penyelesaian suatu masalah dalam ke hidupan di sekolah,
seperti teori Empirisme yang mengatakan bahwa lingkungan dan cara mendidik akan
berpengaruh pada perkembangan manusia. Dalam teori tersebut juga meyakini bahwa
setiap manusia yang di lahirkan memiliki bekal pengetahuan yang sama hanya yang
membedakan adalah lingkungan dan pengalaman yang telah di alami oleh setiap
individu atau perorangan. Contoh seseorang yang di lahirkan di lingkungan yang
berpendidikan maka ia akan mempunyai Pendidikan yang sama seperti di lingkungan
dan sebaliknya seseorang yang di lahirkan di lingkungan yang tidak mengerti
pendidikan maka orang tersebut akan buta dan tidak mengerti tentang Pendidikan
DAFTAR
PUSTAKA
RASTO. 2012. Pendidikan Kejuruan. Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisinis Universitas
PendidikanIndonesia. Dari http://
file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._PENDIDIKAN _MANAJEMEN_PERKANTORA/RASTO/Manajemen%20Pendidikan/Tinjauan%20Pustaka/Pendidikan%20Kejuruan.pdf
Arifah
A.R. 2009.Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Pengembangan Serta
Implementasinya
Muliati
A.M.2007. Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian Evaluatif
Berdasarkan Stake’s Countenance
Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007). [Online].
Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/
muliatyunjbab.pdf.
Permana,
T. (2005). Pemahaman Konsep PSG dan Intensitas Bimbingan terhadap Kemampuan
Membimbing Siswa PSG. INVOTEC, 3
(7). 33 – 39. [Online]. Tersedia: http://pkk.upi.edu/invotec_33-9.pdf.