Saturday, August 18, 2018

TEORI NATIVISME




            Kata Nativisme berasal dari kata Native atau Nativus yang berarti asli atau asal, menurut Sitti Nadirah, 2013 nativisme hampir senada dengan Naturalisme. Teori nativisme menerangkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seorang manusia ditentukan oleh pembawaan sejak lahir atau dalam ilmu biologi disebut sebagai hereditas. Setiap manusia memiliki sifat, bakat, dan kemampuan tertentu sejak ia dilahirkan, hal inilah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkambangan manusia untuk kedepannya. Menurut teori nativisme pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan lingkungan karena kedua hal ini hanya bersifat perangsang bagi perkembangan intelektual dan psikis manusia. dalam ilmu pendidikan, pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis. (Sitti Nadirah. 2013, IAIN Datokarama Palu)
Tokoh utama pencetus teori nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup di tahun 1788-1880. Pada hakikatnya teori nativisme bersumber dari Leibnitzian Tradition, sebuah tradisi yang menekankan pada kemampuan dalam diri manusia yang kemudian berkembang seiring berjalannya waktu tanpa dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pendidikan. Dalam hal ini teori nativisme menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia didasari oleh kemampuan yang dimilikinya sejak lahir, sehingga kemampuan belajar dan bersosialisasi sangat bergantung pada individu itu sendiri tanpa ada pihak lain yang mempengaruhinya. Faktor pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam teori nativisme  dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.      Faktor Genetik
Faktor genetik mampu memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia karena sifat gen yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya akan melekat semenjak anak itu dilahirkan sampai ia mati. Salah satu contohnya jika kedua orang tua sang anak memiliki jiwa kepemimpinan yang cukup besar maka sifat tersebut bisa menurun kepada anaknya, seperti yang dikatakan pepatah yakni buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.
2.      Faktor Kemampuan
Faktor kemampuan merupakan faktor yang menunjukkan potensi dalam diri manusia. Faktor ini cenderung memperlihatkan bagaimana potensi-potensi yang dimiliki manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Potensi yang dimiliki setiap manusia pasti berbeda oleh karena itu manusia diciptakan untuk saling bergotong royong dan tolong menolong. Sebagai contoh seorang anak yang memiliki potensi dalam pelajaran matematika akan terlihat lebih mahir daripada anak yang tidak memiliki potensi dalam pelajaran matematika.
3.      Faktor Pertumbuhan
Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan manusia dari segi fisik dan psikis. Jika seorang manusia dapat tumbuh dan berkembang secara normal sejak ia dilahirkan maka ia akan menjadi pribadi yang energik, aktif, dan responsif, namun apabila seorang manusia mengalami masalah pada masa kehamilan atau kelahiran akan berakibat pada gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu contohnya yaitu seorang anak yang semenjak lahir mengidap syndrome, pertumbuhan dan perkembangannya akan mengalami gangguan baik berupa gangguan pada fisik maupun psikisnya.
            Apabila teori nativisme dihubungkan dengan konsep ajaran Islam, Native yang berarti asal usul atau pembawaan dinamakan fitrah dalam ajaran Islam. Fitrah merupakan anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai bawaan manusia sehingga manusia memiliki kekuatan, kemampuan, dan potensi dalam dirinya. Rasulullah SAW telah memberi isyarat bahwa manusia sejak lahir telah membawa potensi untuk dikembangkan, isyarat tersebut terdapat pada sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut :

عن أبي هربرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : كل مولود يولد علي الفطرة فأبواه
يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه.

Manusia itu dilahirkan sengan fitrah (tabiat atau potensi yang suci dan baik), hanya ibu bapak (alam sekitar) nyalah menyebabkan ia menjadi Yahudi, Majuzi, atau menjadi Nasrani. (H.R. Muslim)
            Berdasarkan hadist diatas, manusia memiliki potensi dan kemampuan semenjak lahir sebagai sifat bawaan seperti yang terdapat pada teori nativisme atau dalam ajaran Islam disebut sebagai fitrah. Sebagai anugrah dari Allah AWT, fitrah yang telah diberikan harus dijaga dan dikembangkan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkambangan manusia menuju yang lebih baik. (Sitti Nadirah. 2013, IAIN Datokarama Palu)
            Teori nativisme sendiri muncul dengan tujuan-tujuan tertentu, beberapa diantaranya yaitu dengan teori ini manusia diharapkan mampu :
·         Menggali potensi dalam diri sendiri tanpa bergantung pada lingkungan dan orang lain,
·         Memunculkan bakat minat yang murni dari dalam diri tanpa campur tangan orang lain,
·         Mendorong manusia untuk menjadi pribadi yang berkompetensi,
·         Menentukan pilihannya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain,
·         Menjadi pribadi yang mandiri dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan maupun orang lain.
Pada dasarnya pandangan teori nativisme tidak selalu benar dalam kehidupan nyata. Salah satu contoh bahwa pandangan teori nativisme salah dalam kehidupan nyata yaitu, manusia yang memiliki pengalaman belajar lebih banyak memiliki integritas kehidupan yang lebih baik daripada manusia yang tidak memiliki pengalaman belajar, dan manusia yang hidup di lingkungan yang buruk akan terpengaruh dengan hal yang buruk pula begitupun sebaliknya. Ibaratnya sebuah air putih yang berada di dalam gelas, ketika air tersebut terkena tetesan tinta hitam maka seluruh air yang berada di dalam gelas akan berubah warna menjadi hitam namun ketika air tersebut terkena tetesan air susu maka seluruh air yang berada di dalam gelas tersebut akan berubah warna menjadi putih bersih yang menyehatkan. Seperti manusia, ketika hati dan pemikiran manusia dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk maka manusia tersebut akan menjadi pribadi yang buruk pula, namun ketika hati dan pemikiran manusia dipengaruhi oleh lingkungan yang baik maka manusia tersebut akan menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi manusia lainnya.
Namun kebenaran pandangan teori nativisme juga terdapat pada dunia nyata seperti seorang anak yang terlahir dengan imajinasi yang luas serta kreativitas yang tinggi akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang memiliki jiwa seni.
DAFTAR PUSTAKA


Nadirah Sitti. 2013. Anak Disik Perspektif Nativisme, Empirisme, Dan Konvergensi. Palu : IAIN Datokarama Palu