Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu
Keenan, sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka
semua hijrah dari Jakarta, lalu berkuliah di universitas yang sama di
Bandung.Mereka berempat akhirnya bersahabat karib.
|
Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling
mengagumi, mulai mengalami transformasi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan
untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu serba
tidak memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih, cowok mentereng bernama Joshua,
alias Ojos (panggilan yang dengan semena-mena diciptakan oleh Kugy). Sementara
Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang kurator muda
bernama Wanda.
Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy
lantas menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan
di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik,
muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan
cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang
diberinya judul: Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menulis kisah tentang
murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia
berikan pada Keenan.
Kedekatan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun
mulai berubah. Keenan disadarkan dengan cara yang mengejutkan bahwa impian yang
selama ini ia bangun harus kandas dalam semalam. Dengan hati hancur, Keenan
meninggalkan kehidupannya di Bandung, dan juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu
pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya
merupakan seniman-seniman sohor di Bali, mulai mengobati luka hati Keenan
pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde
Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan
kisah-kisah Jenderal Pilik dan Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan
menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy, yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya
dan mulai kesepian di Bandung, menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat
mungkin dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai
copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius, atasannya sekaligus sahabat
abangnya. Kugy meniti karier dengan cara tak terduga-duga. Pemikirannya yang
ajaib dan serba spontan membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di
kantor itu.
Namun Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy
bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga semangat dan kualitas unik yang
senantiasa terpancar dari Kugy. Dan akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai
jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sayangnya, Keenan tidak bisa selamanya tinggal di
Bali. Karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali
ke Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain.
Pertemuan antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan.
Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi. Semuanya dengan kondisi yang sudah
berbeda. Dan kembali, hati mereka diuji. Kisah cinta dan persahabatan selama
lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati
hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana.
Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai,
tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit, sakit, dan
meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa,
tangis, dan cinta, “Perahu Kertas” tak lain adalah kisah perjalanan hati yang
kembali pulang menemukan rumahnya.