Thursday, February 28, 2013

Pengelolahan Sampah


PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH

Print
oleh: Tika Rysma 
Mendengar istilah Sampah pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita, terbayang dan terlintas dalam benak kita berupa tumpukan barang limbah yang tidak sedap dilihat serta beraroma busuk menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak.
Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak (wikipedia). Sampah dapat berada pada setiap fase / materi, yaitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam fase cair dan gas, terutama dalam fase gas sampah ini disebut sebagai emisi berkait dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Pasymi). 
Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan menurut sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu; 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll, 2) sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dll.
Sampah di Perkotaan
Dewasa ini sampah selalu identik dengan permasalahan dibelahan dunia manapun. Problem klasik sampah selalu dihadapi oleh penduduk dunia, tetutama di wilayah perkotaan. Hal ini disebabkan kerena usaha mengurangi volume sampah lebih kecil dari pada laju produksinya. Sehingga keberadaan sampah semakin menumpuk di setiap penjuru lingkungan perkotaan. Dengan volume timbunan sampah berlebihan menyebabkan kegiatan pengangkutan dan mengolah di TPA diluar kapasatitas yang ada. Sebagai dampak langsung maupun tidak langsung bagi penduduk dilingkungan perkotaan, khususnya yang berdekatan dengan lokasi penumpukan sampah. Dampak langsung adalah timbulnya berbagai penyakit menular, bau yang tidak enak, serta mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan. Adapun dampak tidak langsungnya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air selokan dan sungai karena karena terhalang timbunan sampah .
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi volume sampah yang lebih baik dari cara pembakaran. Empat ( 4R ) prinsip yang dapat digunakan dalam menangani masalah sampah : 
  • Reduce (Mengurangi); upayakan meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. 
  • Re-use (Memakai kembali); pilihlah barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang yang disposable (sekali pakai, buang). 
  • Recycle (Mendaur ulang); barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang sehingga bermanfaat serta memiliki nilai tambah. Perlu diingat tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis.  
  • Replace (Mengganti); Ganti barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Gunakn barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Dengan menerapkan beberapa prinsip diatas, bisa dipastikan volume sampah yang ada dipermukaan bumi dapat dikendalikan. Lingkungan akan lebih indah, bersih dan sehat. Hal ini sebagai wujud partisipasi dan kepedulian terhadap lingkungan, sehingga akan memperpanjang usia bumi. 
Saat ini disekitar kita sudah banyak masyarakat yang peduli akan pengelolaan sampah, pemanfaatan sampah, dengan menggunakan 4 prinsip di atas. Sampah yang selama ini biasanya kita dibuang begitu saja, ternyata masih bisa diolah kembali antara lain dalam bentuk produk kerajinan yang bernilai ekonomi, bercita rasa seni dan unik.
Sebagai contoh, Hendrati ( 53 ) warga Karanggeneng, Boyolali, seorang ibu rumah tangga dengan 6 orang anak, PNS di Subdin UKM Kab. Boyolali, merupakan sosok yang kreatif dalam pemanfaatan sampah. Dari tangannya sampah atau limbah ini ternyata bisa dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai ekonomis, dan bisa menambah penghasilan. Bahkan dari kegiatan pemanfaatan limbah ini Hendrati mendapatkan penghargaan dari Meneg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar. Hendrati, mengawali usaha pemanfaatan limbah dengan membuat usaha kerajinan dengan bahan baku dan daur ulang limbah koran bekas. Usaha dirintis sekitar satu setengah tahun yang lalu. Dengan bahan kertas koran yang selama ini diacuhkan, dibiarkan menumpuk, atau hanya dijual kilo-an dengan harga sekitar Rp. 1800 per/ kg, ternyata melalui tangan Hendrati bisa disulap menjadi kerajinan yang sangat menarik dan bermanfaat, seperti tempat payung, box tisu, dan vas bunga dll. Dengan kreativitas yang dimiliki, Hendrati bisa membuat barang limbah menjadi sesuatu yang sangat berguna. Tidak hanya kertas koran bekas yang dia sulap. Setelah berkutat dengan limbah koran bekas, Hendrati mulai mencoba berkarya dengan berbagai limbah pertanian, seperti biji – bijian, kulit jagung, pelepah batang pisang, tangkai padi. 
Selama ini kita menganggap kulit jagung, pelepah batang pisang tidak bernilai ekonomis, akan tetapi oleh Hendrati, barang – barang tersebut bisa dibuat menjadi bunga buatan, bros, pigura dan masih banyak lagi. Belum lagi bila kita melihat salah satu karya Hendrati berupa hiasan dinding yang terbuat dari anyaman lidi. Batang – batang lidi dianyam sedemikian rupa, dan dihias dengan bunga- bunga yang terbuat dari pelepah pisang, biji – bijian. Hasilnya bisa digunakan sebagi hiasan dinding yang eksotis dan sangat ramah lingkungan.
Salah satu karya Hendrati yang menghantarnya hingga meraih penghargaan dari Meneg Lingkungan Hidup berupa miniatur binatang mirip katak yang dinamakan “Timi”. Timi terbuat dari kulit buah jagung ( klobot ) yang dikumpulkan di daerah sekitar Tlatar. Kulit buah jagung yang selama ini hanya sebagai bahan bakar, bisa disulap mejadi barang pajangan yang juga berfungsi sebagai tempat pensil. Produk tersebut langsung laris di pasaran dengan harga jual berkisar Rp. 20.000,- / buah. Dalam sehari, produk “ Timi “ yang dihasilkan sekitar 50 buah. Saat ini dalam proses pembuatannya telah mempekerjakan 5 orang. Kerajinan ini telah dipasarkan ke beberapa kota seperti Jakarta, dan kota lain di Jawa serta Bali.
Daya kreativitas yang dimiliki oleh Hendrati dalam pemanfaatan barang – barang tersebut, menimbulkan ketertarikan beberapa pihak. Beberapa ibu rumah tangga saat ini terpikat untuk mempelajari pemanfaatan limbah tersebut. Di sela – sela rutinitas rumah tangga, mereka meluangkan waktu untuk belajar membuat barang kerajinan.
Semangat dan kreativitas yang dimiliki Hendrati tentunya dapat  sebagai contoh dan pantas untuk ditiru, disamping membantu dalam memecahkan permasalahan lingkungan seperti sampah, ternyata sangat membantu peningkatan penghasilan rumah tangga. Terlebih lagi pada masa – masa krisis ekonomi saat ini, kreatifitas dan terobosan untuk menciptakan pekerjaan sangat diperlukan. 
disarikan dari Majalah Boyolali Tersenyum